27/04/2011

Membolos

1. Pengertian Membolos
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan / dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah siswa tersebut.

2. Faktor-faktor Penyebab Siswa Membolos
a. Faktor Keluarga
• Orang tua tidak peduli pendidikan
Sikap orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada anak. Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk masuk sekolah.
• Membeda-bedakan anak
Ada orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan bagi anak laki-laki lebih penting daripada anak perempuan. Anak laki-lakilah yang menjadi tumpuan dan kebanggaan keluarga, sementara anak perempuan pada akhirnya akan kawin dan hanya mengurusi masalah dapur, sehingga tidak memerlukan pendidikan yang terlalu tinggi. Dalam hal ini anak perempuan didorong untuk tidak masuk sekolah.
• Mengurangi uang saku
Meskipun tidak semua anak menginginkan uang saku yang banyak, namun tidak sedikit pula anak-anak yang merasa kurang percaya diri jika uang saku mereka sedikit dibanding dengan teman-temannya. Sehingga akibatnya pada anak tersebut ialah ia menjadi malas untuk masuk sekolah.
b. Rendah Diri
Sering rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas. Faktor utama penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki siswa, tetapi jika tidak berani / merasa tidak mampu untuk melakukannya sama saja percuma.
Perasan rendah diri tidak selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada mata pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah.
Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan diri dari masalah malah akan menambah masalah tersebut.
c. Perasaan Termarginalkan
Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya sendiri dengan sindiran atau ucapan.
Siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan).
d. Sebab yang Berasal dari Sekolah
Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar. Jadi suasana kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys. Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos
Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar-dasar dari mata pelajaran-mata pelajaran yang ddiperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan.
Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah. Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai ulangannya.

4. Diasnotik Penanganan Anak Membolos
a. Kebutuhan, potensi, minat, bakat, dan masalah anak underachiever dalam kegiatan pembelajaran
Kebutuhan anak membolos adalah dengan diberi perhatian, dihargai pendapat dan perbuatannya, diber kasih saying, diberi tugas yang membuatnya tertantang, dan ditumbuhkan minatnya.
Potensi/minat anak membolos adalah dalam bidang yang merangsang kreativitasnya, menantang dan sportif. Dan biasanya mempunyai kecerdasan yang lebih disbanding dengan temannya yang lain.
Bakat anak membolos diantaranya atlet, pengusaha, humas, akademi militer, pendaki gunung/penjelajah,
Solusi dari orang tua diantaranya ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak, mempermudah dan membantu untuk mengembangkan minatnya, member kepercayaan dan pengawasan kepada anak, member motivasi dan penghargaan apabila anak berhasil dalam prestasinya, serta menjalin komunikasi guru, dan anak dengan baik.
Solusi dari guru dan sekolah diantaranya memberikan sanksi yang tegas dan konsisten, diberi tugas sekolah yang menarik, menyenangkan dan menantang, mengubah teknik pembelajaran menjadi lebih inovatif, memberi penghargaan/reward ketika prestasinya bagus, melakukan pendekatan individual dan melakukan komunikasi dengan orang tua.

b. Gejala-gejala anak membolos dalam kegiatan pembelajaran
a. Tidak mengikuti pelajaran
b. Tidak mengerjakan tugas
c. Tidak menghargai guru di kelas
d. Melanggar aturan kelas
e. tidak memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh guru

c. Memberi kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak di lingkungan sekolah
a. Membuat kegiatan belajar yang menyenangkan
b. Menanyakan pendapat/pandangan anak terhadap kegiatan belajar di sekolah
c. Memberikan tugas-tugas yang merangsang kreatifitasnya dan menantang
d. Membuat kondisi sekolah yang nyaman
e. Mengenalkan minat siswa dan mengembangkannya

d. Melaksanakan bimbingan kelompok, baik di dalam maupun di luar pembelajaran
a. Membantu kesulitan anak dalam pembelajaran di kelas dan mengarahkannya
b. Menanyakan kesulitan-kesulitan anak
c. Membantu anak jika ada permasalahan dari teman atau keluarga
d. Member pengertian bahwa membolos itu tidak baik
e. Sering menanyakan perkembangan anak

e. Melaksanakan konseling terbatas
a. Menanyakan harapan dan keinginannya di kelas/ sekolah
b. Selalu menghargai pendapatnya
c. Ditumbuhkan minat dan motivasinya
d. Menanyakan permasalahan-permasalahan yang dialami anak
e. Sering menanyakan perkembangan anak

f. Pemberian Pelayanan Rujukan
Dalam menghadapi anak membolos peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK).
Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani.
Pelayanan rujukan dapat dilakukan melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya.
Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya.

g. Melengkapi Rencana-Rencana yang Dirumuskan oleh Anak Membolos
• Kesepakatan antara guru dengan anak yang sering membolos untuk kemudian dirumuskan hal-hal bagaimana yang diinginkan siswa.
• Membuat sanksi yang sudah disepakati antar guru dan siswa yang mana siswa tidak berani melanggarnya
• Menganjurkan untuk mengikuti kegiatan sekolah yang dia sukai agar dia betah di sekolah.

h. Melaksanakan Pengajaran yang Sesuai dengan Kebutuhan Anak Membolos
Penyikapan pada umumnya mengandung unsur-unsur kognisi, afeksi, dan perlakuan terhadap obyek yang disikapinya. Unsur kognisi mengacu kepada wawasan, keyakinan, pemahaman, penghayatan, pertimbangan dan pemikiran Guru Pembimbing tentang keberadaan manusia, hakekat dmensi kemanusiaan dan pengembangannya, pengaruh lingkungan, peranan pelayanan bimbingan dan konseling, kasus dan berbagai permasalahan yang dikandungnya, pemahaman dan penanganan kasus. Unsur afeksi menyangkut suasana perasaan, emosi dan kecenderungan bersikap berkenaan dengan keberadaan manusia sampai dengan penanganan kasus tersebut. Unsur perlakuan berkaitan dengan tindakan terhadap kasus yang ditangani, sejak diserahkannya kasus sampai berakhirnya keterlibatan penanganan. Unsure-unsur kognisi yang mendasari penyikapan terhadap kasus, pada garis bersarnya ialah sebagai berikut:
1. Keyakinan dan penghayatan bahwa manusia ditakdirkan sebagai mahkluk yang paling unik dan mempunyai derajat yang paling tinggi.
2. Keyakinan dan penghayatan bahwa keunikan dan derajat paling tinggi itu terwujud dalam bentuk kesenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat dalam arti seluas-luasnya.
3. Pemahaman dan penghayatan bahwa keempat dimensi kemanusiaan perlu dikembangkan secara serempak dan optimal menuju perwujudan manusia seutuhnya.
4. Pemahaman dan penghayatan bahwa dalam perjalanan hidupnya seseorang dapat mengalami berbagai permasalahan yang menggangu perkembangan keempat dimensi kemanusiaannya.
5. Pemahaman dan penghayatan bahwa factor-faktor lingkungan, disamping factor-faktor yang terkandung di dalam dimensi kemanusiaan, sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan dimensi-dimensi itu di satu segi, dan terhadap timbulnya permasalahan pada diri seseorang di segi lainnya.
6. Pemahaman dan penghayatan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling, bersama-sama dengan pelayanan pendidikan pada umumnya, mampu memberikan bantuan kepada orang-orang yang sedang mengalami perkembangan dan mengalami masalah demi teratasinya masalah-masalah mereka itu.
7. Pemahaman dan penghayatan bahwa seseorang yang sedang mengalami masalah tidak seharusnya dan tidak serta merta dianggap sebagai terlibat masalah criminal atau perdata, ataupun sedang menderita penyakit jasmani atau rohani, ataupun sebagai orang yang tidak normal. Sebaliknya, seorang yang sedang mengalami masalah pertama-tama harus dianggap dan diperlakukan sebagai orang yang tidak tersangkut paut pada perkara criminal atau perdata, dan sebagai orang yang sehat dan normal.
8. Pemahaman dan penghayatan bahwa permasalahan seseorang sebenarnya besar kemungkinan tidak tepat sama dengan yang tampak pada pendeskripsian awal;. Oleh karena itu, diperlukan uapaya pendalaman lebih lanjut untuk dapat dicapainya pemahaman yang lengkap dan mantap berkenaan denga permasalahan tersebut.
9. Pemahaman dan penghayatan bahwa diperlukan strategi dan teknik-teknik khusus untuk mengatasi atau memecahkan masalah-masalah pokok yang dialami seseorang.
10. Pemahaman dan penghayatan bahwa dalam menangani permasalahan seseorang perlu dilibatkan berbagai pihak, sumber dan unsure untuk secara efektif dan efisien.
Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik / pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar. Dengan melakukan pembelajaran yang menarik/disukai siswa dapat mengurangi keinginan siswa untuk membolos.

i. Data & informasi Anak dalam Kegiatan Belajar
Pemahaman terhadap suatu kasus perlu dilakukan secara menyeluruh, mendalam, dan objektif. Menyeluruh artinya meliputi semua jenis informasi yang diperlukan, baik kemampuan akademik, keadaan social psikologis termasuk bakat, minat, sikap, keadaan fisik, lingkungan keluarga. Infomasi itu dipelajari melalui berbagai cara termasuk wawancara konseling, kunjungan rumah, observasi, catatan kumulatif. Penjelajahan jenis informasi melalui cara itu bukan saja menambah pemahaman yang lebih luas, melainkan juga pemahaman semakin mendalam, dan tentunya informasi atau data yang terkumpul itu haruslah akurat dan objektif.

j. Kontak dengan Masyarakat
Kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
Guru dapat melakukan kunjungan secara berjangka/secara periodik ke rumah-rumah siswa untuk mengetahui keadaan dan kegiatan siswa dirumah. Komunikasi antara orang tua dan guru yang merupakan komponen penting untuk mengatasi/mengurangi keinginan siswa membolos. Komunikasi dapat dengan membicarakan daftar kehadiran siswa di sekolah, dalam hal ini tidak boleh saling menyalahkan, melainkan harus berkerjasama agar siswa tidak lagi membolos.

1 comment:

  1. sangat membant artikel ini dalam pengerjaan penelitian saya.. cuman saya ingin tau. buku/referensi yg digunakan pada bagian faktor2 penyebab membolos itu apa ya? terimakasih

    ReplyDelete