27/04/2011

Pembelajaran Sastra di Kelas 2 SD

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berpuluh-puluh tahun dari mulai berdirinya bangsa ini, pendidikan kita yang mengedepankan sains dan teknologi, cenderung mengabaikan dan menggeser aspek-aspek humaniora. Bidang-bidang seperti budaya dan seni (termasuk di dalamnya sastra) merupakan bidang-bidang yang cenderung dianak tirikan. Padahal, melalui bidang-bidang inilah kepribadian dan kemanusiaan kita: kepekaan sosial, religi, kehalusan rasa, pembangunan nilai, moral, budi pekerti, dan sejenisnya, terolah dan terasah.
Bukti pengabaian ini misalnya bisa dilihat dari sedikitnya porsi pembelajaran sastra sejak jenjang Sekolah Dasar (SD). Sastra, seperti pada jenjang-jenjang pendidikan di atasnya, merupakan bagian dari mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Akan tetapi, kenyataan di lapangan memperlihatkan mata pelajaran ini lebih didominasi oleh pelajaran tata bahasa. Penelitian A. Chaedar Alwasilah, misalnya, membuktikan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak 23,6% saja. Dan, dalam pembelajaran yang hanya 23,6% tersebut, pembelajaran lebih ditekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan afektif.
Titik berat pembelajaran sastra pada aspek pengetahuan (hafalan) tersebut sudah dikeluhkan banyak pihak sejak tahun 1955-an. Dari mulai H.B Jassin dan Wildan Yatim (Prisma, 1979), Ajip Rosidi (1970), hingga para pengamat dan ahli sastra, serta para pengajar sastra hari ini. Dan, kondisinya belum banyak berubah meski kurikulum telah berkali-kali berganti dengan perumusan tujuan pembelajaran sastra yang lebih ideal.
Sastra pada dasarnya adalah ungkapan sastrawan hasil pengalaman dan penghayatannya terhadap kehidupan. Oleh karena itu, dalam sastra terkandung
pandangan, penilaian, dan penafsiran sastrawan tentang kehidupan. Kehidupan itu sendiri sangat luas, meliputi persoalan-persoalan kemanusiaan, baik yang sifatnya individual, maupun persoalan sosial, politik, dan budaya yang lebih luas dengan berbagai dimensi dan berbagai nilainya.Sastra, meminjam ungkapan Mathew Arnold, adalah criticsm of life, senantiasa kritis terhadap persoalan-persoalan kehidupan dan selalu berupaya memancarkan pandangan-pandangan untuk memperbaikinya. Dengan demikian, sastra pada dasarnya membantu pembacanya untuk lebih memahami kehidupan dan menghargai
nilai-nilai kemanusiaan. Tentu saja, pemahaman kehidupan dan nilai-nilai kemanusiaan melalui sastra tidak sama dengan pemahaman melalui sejarah, sosiologi, dan agama, sebab sastra disampaikan melalui unsur-unsur estetika.
Dengan karakteristik sastra tersebut, sudah sepatutnya pembelajaran sastra diarahkan untuk mereguk manfaat-manfaat sastra, yakni untuk lebih memahami dan memperkaya wawasan kehidupan, mempertajam watak dan kepribadian, memperhalus budi pekerti, cipta, rasa, karsa, kepekaan sosial, budaya, religi, dan kepekaan pada nilai-nilai kemanusiaan. Ini semua akan tumbuh jika pembelajaran sastra diarahkan pada apresiasi sastra dengan lebih banyak menyentuh segi afeksi. Dalam hal ini, siswa diajak untuk menikmati, memahami, dan menghayati karya sastra. Dengan kata lain, siswa diajak mengalami langsung proses apresiasi sastra.

1.2 Perumusan Masalah
1. Apa hakikat dari pembelajaran sastra di kelas 2 SD?
2. Bagaimana model pembelajaran sastra di kelas 2 SD?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat menjelaskan hakikat pembelajaran sastra di kelas 2 SD
2. Dapat menerapkan model pembelajaran sastra yang sesuai untuk kelas 2 SD

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Apresiasi Sastra
Secara umum, apresiasi dapat diartikan sebagai penilaian yang baik atau penghargaan terhadap karya sastra. Dalam Pengertian yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pemahaman serta pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Berdasarkan pengertian itu, apresiasi dapat diartikan sebagai pengenalan terhadap karya sastra dan pemahaman unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam karya sastra.
Banyak pengertian apresiasi sastra menurut para pakar sastra yang pada dasarnya mengandung makna yang sama. Pendapat tersebut, misalnya dikemukakan oleh Tarigan 2000 yang menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis. Senada dengan hal tersebut, S. Effendi 1982 berpendapat bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

2.2 Pengertian Sastra Anak
Kata sastra berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa Rene Wellek, 1989. Karya seni imajinatif tersebut dapat dalam bentuk lisan ataupun tertulis. Selanjutnya, kata anak dapat diartikan sebagai manusia kecil KBBI, 2000:41. Kata anak yang dimaksud disini bukanlah anak balita ataupun anak remaja, tetapi anak usia sekolah dasar yang berumur antara 6-13 tahun. Menurut Santoso 2003:8.3 sastra anak adalah karya seni yang imajinatif dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa, baik lisan ataupun tertulis yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Sementara itu menurut Sarumpaet dalam Santoso, 2003:8.3, sastra anak adalah karya sastra yang dikonsumsi anak dan diurus serta dikerjakan oleh orang tua. Artinya, sastra anak ditulis oleh orang tua yang ditujukan kepada anak dan proses produksinya pun dikerjakan oleh orang tua.
Apabila dilihat dari pengertian yang dikemukakan oleh Sarumpaet, sastra anak adalah sastra yang dihasilkan oleh orang tua untuk anak, padahal sebenarnya tidak semua sastra anak ditulis atau dihasilkan oleh orang tua. Anak-anak itu sendiri pun dapat menghasilkan sastra. Sebagai contoh, sekarang di Koran-koran banyak tersedia kolom anak yang menyediakan fasilitas untuk menerbitkan karya sastra mereka. Dalam kolom itu, anak-anak dapat menulis karya mereka, baikyang berupa puisi, prosa juga drama.

2.3 Tujuan Pembelajaran Sastra di Kelas 2 SD
Hasil belajar sastra yang akan dicapai di kelas 2 SD adalah berikut ini :
1. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran mendengarkan adalah menjelaskan isi dongeng yang telah didengar dan mengajukan pertanyaan.
2. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran berbicara adalah:
- Mendeklamasikan pantun dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai
- Memerankan percakapan sesuai isi dan ekspresi yang tepat
- Menceritakan kembali cerita yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri
- Memerankan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan dialog sederhana
- Memerankan ekspresi emosional tertentu marah, senang,sedih,haru, dan lain-lain.
3. Pembelajaran sastra yang terpadu dengan pembelajaran membaca adalah membaca puisi dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai.

2.4 Materi, Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Sastra di Kelas 2 SD
KEMAMPUAN BERSASTRA
Standar Kompetensi : mampu mengapresiasi sastra anak secara sederhana melalui kegiatan mendengarkan dongeng, bermain peran, dan mendeklamasikan atau melagukan puisi anak.
1. Mendengarkan
Kompetensi
Dasar Hasil
Belajar Indikator Materi
Pokok
Mendengarkan dongeng Menjelaskan isi dongeng yang telah didengar dan mengajukan pertanyaan Menjawab pertanyaan tentang isi dongeng
Menjelaskan isi dongeng
Mengajukan pertanyaan kepada guru tentang dongeng Dongeng


2. Berbicara
Kompetensi
Dasar Hasil
Belajar Indikator Materi
Pokok
Mendeklamasikan pantun

Memerankan Percakapan

Menceritakan kembali cerita yang didengarkan

Bermain peran yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari


Memerankan watak karakter tertentu Mendeklamasikan pantun dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai

Memerankan percakapan sesuai isi dan ekspresi yang tepat

Menceritakan kembali cerita yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri

Memerankan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan dialog sederhana

Memerankan ekspresi emosional tertentu marah,senang,sedih,haru, dan lain-lain 1. mendeklamasikan pantun sesuai dengan isi dan mengekspresikannya dalam gerak dan mimic yang tepat
2. menjelaskan isi pantun
3. membaca teks
4. menjelaskan watak atau sifat tokoh dalam percakapan
5. memerankan tokoh dalam percakapan sesuai dengan watak dan ekspresi yang tepat
6. menjawab pertanyaan tentang isi cerita
7. menceritakan kemabali cerita yang didengarkan dengan menggunakan kata-kata sendiri
8. memerankan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan dialog sederhana

9. Memerankan ekspresi emosional tertentu marah,senang,sedih,haru, dan lain-lain Pantun anak

Teks percakapan anak
Cerita anak
Dialog

Teks yang menggambarkan watak dengan ekspresi tertentu marah,senang,sedih,haru, dan lain-lain

3. Membaca
Kompetensi
Dasar Hasil
Belajar Indikator Materi
Pokok
Membaca puisi Membaca puisi dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai 4. membaca puisi anak dan mengekspresikannya dalam gerak dan mimik yang tepat
5. menjelaskan isi puisi Puisi anak

2.5 Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Fokus Sastra di Kelas 2 SD
Kompetensi Dasar : Mendeklamasikan pantun
Hasil Belajar : Mendeklamasikan pantun dengan penghayatan dan ekspresi yang sesuai
Indikator : Mendeklamasikan pantun sesuai dengan isi dan mengekspresikannya dalam gerak dan mimik yang tepat
Menjelaskan isi pantun
Materi Pokok : Pantun anak
Materi pokok dalam pembelajaran sastra ini adalah pantun, sedangkan hasil belajarnya adalah dapat menjelaskan isi dongeng dan mengajukan pertanyaan. Pada kegiatan tersebut guru dapat membacakan dongeng atau memperdengarkannya melalui audio kaset.
Sebagai salah satu alternative, berikut disajikan contoh pembelajarannya
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah dating

Merah warna buah tomat
Membuat sayur terasa nikmat
Beta ingin mencari sahabat
Agar hidup punya manfaat

Tinggi batang pohon jambu
Tumbuh di sisi pohon mangga
Engkau dan aku adalah satu
Bersahabat dalam suka duka

Pohon ceri subur tumbuhnya
Petik buahnya masukkan kantong
Saling memberi saling menerima
Saling bantu tolong menolong

Pergi ke Medan membeli ulos
Singgah di kedai membeli gulai
Jangan ajak aku membolos
Dorong aku jadi anak pandai

Jika ke kota beli kain kaca
Beli pita dua seuntai
Rajin menulis rajin membaca
Itu pertanda anak yang pandai

Di sana gunung di sini gunung
Di tengah-tengah gunung Rajabasa
Ke sana bingung ke situ bingung
Lebih baik ke sekolah saja

No comments:

Post a Comment